..

Spot Mancing Favorit di Indonesia

Bagi yang punya hobby mancing atau para mancing mania, coba pilih salah satu spot pancing berikut:

Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, pantai Malimping dan Ujung Kulon. Tempat memancing dengan infrastruktur memancing terbaik di Indonesia, di Malimping dan Binuangeun, kabupaten Lebak Banten tersedia kapal memancing dilengkapi GPS dan Fish finder dengan ABK terbaik dan berpengalaman.

Laut sekitar pulau Karimunjawa hingga pulau di sekitar Madura, Jawa Timur. Aneka jenis ikan tenggiri, kakap, giant travelly dan tuna bisa anda buru disini. Infrastruktur wisata belum tersedia

Perairan kepulauan Mentawai, Siberut Sumatera Barat. Terutama di sekitar karang sibora. Infrastruktur memancing belum tersedia, namun bagi anda yang ingin memancing dapat menyewa kapal tradisional milik nelayan sekitar.

Pulau Weh Sabang, Aceh. Terutama di sekitar gugusan karang pulau Silaku, infrastruktur wisata belum memadai di pulau weh ini.

Laut Banda, Laut Aru, Laut seputar pulau Kei, Maluku. Kedalaman yang mencapai 5000 meter ombak yang juga besar dan angin yang pasti selalu berubah .Infrastrukturnya untuk wisata sangat memadai, namun untuk memancing belum tersedia. Biasa nelayan menyewakan kapal tradisionalnya, terdapat banyak zona drop off yang menjadi sarang ikan besar .

Laut Pulau Biak, Papua Barat. Kedalaman laut >1000 meter. Ombak tenang, dengan angin sering berubah. Sangat cocok untuk memancing dengan teknik popping, jigging dan trolling. Tersedia infrastruktur wisata memancing, sejumlah resort menyewakan kapal.

Laut Fakfak, Kanka hingga Kaimana, Papua Barat. Kedalaman laut lebih dari 1000 meter dengan angin yang sering berubah. Tempat terbaik untuk memancing tuna. Dengan berat 90 kg, waktu terbaik untuk memancing adalah bulan Nopember. Tersedia infrastruktur wisata memancing sejumlah resort yang menyewakan kapal dengan ABK berpengalaman.

Sumber: gayahidup.inilah.com


Arsitektur Pada Masa Kejayaan Zaman Kolonial di Kota Padang


Judul asli dari Artikel ini adalah "Menengok Kejayaan Zaman Kolonial di Kota Padang" artikel yang bersumber dari TEMPO.CO, yang menulis tentang beberapa Arsitektur bangunan peninggalan kolonial di ranah minang dan juga sedikit banyak ikut mempengaruhi Arsitektur Lanskap Tradisional Minangkabau. simak artikelnya:

TEMPO.CO - Kota Padang menyimpan kenangan sejarah zaman Kolonial Belanda. Kota yang terletak di pesisir pantai barat Sumatera ini sepanjang abad ke-18 dan ke-19 tumbuh menjadi kota dagang, sekaligus kota militer Pemerintahan Hindia Belanda.


Di sepanjang Sungai Batang Arau hingga Pelabuhan Muaro sejumlah bangunan tua jadi saksi bisu jejak kolonial yang tertinggal. Dari Jembatan Siti Nurbaya terlihat jelas sisa-sisa kota tua di Jalan Batang Arau di sisi sungai.

Pada zaman kolonial, Jalan Batang Arau menjadi kawasan perkantoran pemerintahan, perdagangan, dan militer. Di jalan ini berderet bangunan-bangunan tua dan besar bekas kantor pemerintahan, perbankan, dan kantor dagang peninggalan VOC.

Bangunan yang menonjol adalah gedung NHM (Nederlansche Handels-Maatschappij), Padangsche Spaarbank, De Javansche Bank, dan NV Internatio yang didirikan sebelum 1920. Atap bangunan bergaya arsitektur neo-klasik dengan tinggi 24 meter dan berdinding permanen ini berbentuk gambrel dengan dua cerobong pada puncak atap sebagai tempat sirkulasi udara.

NHM adalah kantor dagang swasta yang juga menjadi tempat berkantor beberapa perusahaan swasta, asuransi, dan perbankan. Kini bangunan ini hanya dijadikan gudang oleh PT Panca Niaga. Di seberang gedung NHM ada kantor Bank Indonesia yang dulunya gedung De Javasche Bank. Gedung yang dibangun sekitar 1930 itu bergaya arsitektur tropis dengan bagian puncak atapnya menyerupai atap mesjid.

Masih di Jalan Batang Arau, berdiri kokoh Gedung Padangsche Spaarbank yang didirikan pada 1908. Gedung berlantai dua dengan tinggi 35 meter yang berdiri membelakangi sungai ini bergaya neoklasik yang mendapat pengaruh dari arsitektur art-deco. 

Padangsche Spaarbank sempat dikelola Hotel Batang Arau hingga 2009. Hotel tua ini amat disukai turis asing yang surfing ke Mentawai. Di sebelah Spaatbank terdapat gedung NV Internatio, sebuah perusahaan dagang yang dibangun sekitar 1910. Gedung yang sekarang milik BUMN Cipta Niaga itu berarsitektur neoklasik bercampur modern yang berkembang sebelum 1920. Selain itu masih ada beberapa gedung tua lagi yang masih berdiri. 

Selain di sepanjang Jalan Batang Arau juga masih ada lusinan gedung tua di sebelah selatan. Di antaranya tiga bekas pasar yang dulunya terkenal di pengujung abad ke-19 itu, yaitu Pasa Gadang (Pasar Hilir), Pasa Mudik, dan Pasa Tanah Kongsi. 

Kawasan ini sekarang tak lagi menjadi pasar. Arsitektur bangunan yang unik dengan arsitektur campuran antara Arab, Melayu, Cina, dan Minangkabau masih asli dan terjaga. Sebanyak 74 bangunan di sini dijadikan Pemerintah Kota Padang sebagai benda bersejarah yang dilindungi.

Sumber: TEMPO.CO (TEMPO/Febrianti)